desain rumah minimalis

desain rumah minimalis
kami menerima desain rumah minimalis juga perencanaan dan pengerjaanya

Rabu, 22 Juli 2015

DAYA DUKUNG TANAH (DDT)

DAYA DUKUNG TANAH


Mengerti tentang Daya Dukung Tanah (DDT) sangat penting bagi perencana bangunan baik itu gedung, rumah, jembatan ataupun konstruksi bangunan, karena dalam setiap perencanaan harus di didasari tentang pengertian tanah yang akan didirikan konstruksi bila salah perhitungan maka hasilnya akan fatal.
Di  bidang  teknik  sipil,  tanah  dapat  didefinisikan  sebagai  material lapukan  batuan  yang  terdiri  dari  butiran  (agregat)  mineral-mineral  padat,

bahan organik yang melapuk,   serta zat cair serta gas yang mengisi ruang
kosong  diantara  butiran.  Sebutan  dan  deskripsi  perbedaan  fisik  tanah berikut  dapat  membantu  mengerti  tentang  bagaimana  tanah  dikelompokan untuk kepentingan rekayasa bangunan.


  • Batu (Stone). Batu merupakan materi yang kekal yang terbentuk dari bahan  mineral  yang  keras,  seperti                granit  atau  batu  kapur,  yang hanya  dapat  dipindahkan  dengan  membor  atau  meledakkan.  Batu tersusun  dari  butiran  material  yang  saling  merekat  seperti  halnya beton, dan  merupakan bahan dari  alam terkuat di bidang bangunan.
  • Batu Bongkah (Boulder). Bongkah   merupakan hasil lapukan batuan yan berukura kira-kira   diperluka du tanga untu dapat mengangkat.
  • Geragal/kerakal.   Lapuka batua in relati dapa d pegangdipindahkan dengan satu tangan.
  • Kerikil  (Gravel).  Ukuran butir  ini  kira-kira  cukup  mudah  untuk  dapat dipindahkan dengan jari tangan. Berdasarkan sistem pengelompokan USCS (Unified Soil Clasificatio Sytem), ukuran gravel lebih besar dari 6.5 mm (0.25 Inchi)
  • Pasir  (Sand).  Butiran  cukup  jelas  untuk  dilihat,  namun  cukup  sulit untuk  diambil  dengan  jari.  Ukuran  butir  pasir  lebih  kecil  dari  kerikil6.5 mm 0.06 mm (0.25 0.002 Inch). Bersama-sama kerikil serindisebut sebagai tanah berbutir kasar.
  • Lanau (Silt). Ukuran butir lanau lebih kecil dari pasir, yakni berkisar antara  0.06  –  0.002  mm  (0.002  –  0,0000mm.  Lanaini  relatif memiliki sifat mirip pasir, tanah berbutir.
  • Lempung  (Clay).  Butiran  lempung  berukuran  lebih  kecil  dari  lanau, kuran dari  0.00008  mm.   Karen kecilnya   ukura dan  berbutir lempeng,             jenis       tanah        ini     bersifat   stabil,     sangat    dipengaruhkandungan pori dan jumlah air yang mengisi pori tanah lempung.
  • Humus      (peat).       Humus      dan      jenis      tanah      organik       lain     tidak diperkenanka untu menerima   beba pondasi Karen banyak mengandung bahan organik, butiran tanah ini tidak kekal dan mudah berubah volume karena dipengaruhi oleh faktor biologis dan usia.


Untuk   kepentinga bidan tekni sipi deskrips tersebu masih kuran untu dapa menggambarka jenis simbo da sifa tanah. Karenanya, dilakukanlah sistem klasififikasi tanah oleh sekelompok ahli atau lembaga mulai dari bidang pertanian hingga bidang tranportasi. Unified Soil Classification System (USCS) da American Association of State Highway

Transportation  Officials  System  (AASHTO)  adalah  sistem  klasifikasi  yang banyak  dirujuk  dan  relevan  untuk  kepentingan  bidang  teknik  sipil,  seperti tercantum pada Tabel.

Tabel Klasifikasi Tanah Menurut USCS
Sumber: Brockenbrough dkk, 2003 



Prosedur Klasifikasi

Symbol

Nama Jenis

Identifikasi Lab

Tanah Berbutir Kasar
(Lebih dari 50% tertahan pada ayakan No. 200 / Æ 0.075 mm)
Kerikil (lebih dari 50% tertahan pada ayakan
No. 4  / Æ 4.75 mm

Kerikil Murni (Tanpa sedikit butir halus)

GW
Kerikil bergradasi baik,  kerikil bercampur sedikit pasir tanpa / tak ada butiran halus

CU = D60/D10 =1 4
CC = D302/D10 = 1-3

GP
Kerikil bergradasi buruk, kerikil bercampur pasir mengandung sedikit butira halus

Tidak memenuhi syarat CU
maupun CC untuk GW

Kerikil Berbutir Halus (Terdapat sejum;llah butiran halus)


GM

Kerikil berlanau, kerikil mengandung mengandung pasir lanau bergradasi buruk


Indek Plastisitas kurang dari 7

GC
Kerikil berlempung, kerikil mengandung pasir dan lempung bergradasi buruk

Indek Plastisitas lebih dari 7
Pasir (lebih dari 50% lolos pada ayakan
No. 4  / Æ 4.75 mm)

Pasir Bersih (Tanpa / sedikit biutiran halus)

SW
Pasir bergaradasi baik, Pasir dengan sedikit pasir tanpa butiran halus

CU = D60/D10 > 6
CC = D302/D10 = 1-3

SP
Pasir bergradasi buruk, dengan sedikit butiran halus
Tidak memenuhi syarat CU
maupun CC SW

Pasir Berbutir Halus (Terdapat sejumlah butiran halus)

SM

Pasir berlanau, pasir bercampur lanau lanau bergradasi buruk
Indeks Plastisitas lebih dari 7
Ratioindeks plastisitas PI dan batas cair LL < 2.25

SC

Pasir berlempung, pasir bercampur lempung bergradasi buruk
Indeks plastisitas lebih dari 7
Ratioindeks plastisitas PI dan batas cair LL > 2.25

Tanah Berbutir Halus
(Lebih dari 50% lolos pada ayakan No. 200 (Æ 0.075 mm)
Lanau bercampur Lempung dengan batas cair  (Liquid Limit) kurang dari
50%

ML
Lanau tak organik dengan sedikit
pasir halus, bubukan batu, atau pasir halus berlempung dengan sedikit plastis
Indeks Plastisitas < 7 dan LL < 30
Ratio indeks plastisitas PI dan batas cair LL < 2.25

CL
Lanau berlempung tak organik
dengan plastisitas rendah sampai sedang, lanau bercampur lempung, pasir halus
Indeks Plastisitas < 7 dan LL > 30
Ratio indeks plastisitas PI dan batas cair LL > 2.25

OL
Lanau organik atau lanau
berlempung organik dengan plastisitas rendah-sedang
LL > 30
Ratio indeks plastisitas PI dan batas cair LL < 2.25
Lempung bercampur lanau dengan batas cair lebih dari 50%

MH
Lempung tak organik, lempung bercampur lanau, lpasir halus
LL > 50
Ratio indeks plastisitas PI dan batas cair LL < 2.25

CH
Lempung tak organik dengan plastisitas tinggi, lempung gemuk
Indeks Plastisitas < 7 dan LL < 50
Ratio indeks plastisitas PI dan batas cair LL > 2.25

OH
Lempung organik deng plastisitas sedang hingga  tinggi
LL > 30
Ratio indeks plastisitas PI dan batas cair LL < 2.25

PT
Humus dan tanah dengan kadar organik tinggi






0 komentar :

Posting Komentar